146
“Gue gak yakin sama rencana lo semua,” ujar Hatzel menatap ke-empat teman Risa secara bergantian, lalu menatap ke arah Darel seolah ia menyesali datang ke tempat ini.
Kana yang mendengar ucapan pria itu pun berdecak kesal. “Belum dicoba, anjir! Udah bilang gak yakin gak yakin aja lo!”
“Kana, ish!” tegur Lana.
“Ya, abisnya dia bilang gak yakin mulu. Belum dicoba, sih Galer juga belum kenal lebih deket sama Neneknya Kath, kan? Kenalan dulu siapa tau Neneknya jadi suka.”
“Lo sadar gak sih, lo manggilnya selalu Galer bukan Galen?” Zila tersenyum tak enak kepada Darel saat mendengar Ona menegur wanita tersebut. Terlihat jelas sekali jika Hatzel dan juga Darel terkejut mendengar panggilan Galen dari mulut Kana.
“Maaf, namanya susah banget sih.”
“Namanya gak susah, tapi emang otak lo aja sih yang susah berpikir jernih, Kan,” sungut Ona.
Hatzel mengusap dahinya melihat wanita di sana justru saling melemparkan kata kasar satu sama lain, ia menoleh ke arah Darel meminta pertolongan pria itu, namun Darel juga tidak tahu harus melakukan apa. “Gini..”
Sontak semua mata mengarah pada Hatzel. “Gimana kalo pas gue—Galen sama Darel ikut kalian ke rumahnya Risa nanti, dan Neneknya liat Galen. Kita bertiga langsung diusir gimana? Lo ada plan itu gak? Karna disini Neneknya Risa gak suka sama Galen, kan?”
“Bukan gak suka, tapi gak setuju.”
“Sok tau lo, Kan.” Zila menatap Kana kesal.
“Gak mungkin Neneknya Kath ngusir kalian. Dulu Neneknya Kath juga gak suka sama Kana gara-gara Kana tampilannya kaya cewek bandel, tapi gak disuruh pergi kok. Kita ber-empat masih dikasih kamar. Neneknya Kath tuh sebenernya welcome ke semua temen Kath, tapi cuma sedikit was-was aja.”
“Maksudnya?”
Lana mengangkat pundaknya. “Ya, you know lah gimana pandangan Neneknya ke orang kota. Tapi, kalo tau kalian temennya Kath, Neneknya pasti baik kok. Cuman gue juga gak yakin gimana perlakuan Neneknya Kath ke Galen nantinya.”
Semuanya terdiam mendengar ucapan Lana. “Tapi, gak ada salahnya kan ngecoba?”