Anggara.
Risa mendengar ucapan tentang Angga—calon suaminya tersebut, akhir-akhir ini. Angga dan Risa tidak lebih hanyalah Adik dan Kakak. Teman kecil. Hingga Sang Nenek mengusulkan ide yang sangat mereka tidak setujui. Angga dan Risa mengatakan pada Nenek untuk tidak menjodohkan keduanya, tapi saat itu keduanya hanya bisa terdiam karena tidak ada yang bisa melawan Neneknya.
Begitu pula Angga. Kehidupannya bergantung pada keluarga Risa—atau lebih tepatnya, Nenek dan Kakeknya. Rasa bersalah menghampiri dirinya karena Angga mau tidak mau harus menerima perjodohan ini. Perjodohan yang menurutnya sangatlah aneh ini.
Ia tidak lagi berinteraksi dengan Risa seperti dahulu. Ia membatasi diri karena ia takut jika Risa menyukainya. Hanya disaat yang penting saja, Angga akan mengajak Risa berbicara satu sama lain.
Hingga akhirnya, Angga harus berkuliah di luar kota, membuatnya terpisah dari gadis itu. Memikirkan bagaimana keadaan Risa dibawah tekanan Sang Nenek membuat rasa bersalah Angga semakin besar.
Ia tiba kembali ke rumah, bertemu dengan Risa dan juga Nenek dan Kakek. Lalu ia menemukan seorang pria yang mengatakan bahwa dirinya menyukai Risa. Ia tidak masalah dengan pria itu jika menyukai Risa, ia justru akan berterima kasih karna telah menyukai Adiknya, tapi semuanya sirna setelah mendengar kalimat yang membuat Angga kesal.
“Bodynya, Kath, tuh bagus banget diliat, pasti enak deh.”
Tanpa berpikir dua kali, Angga menghampiri orang tersebut dan melayangkan beberapa pukulan kepadanya. Tidak. Angga tidak pernah mengatakan pada Risa apa yang sebenarnya yang membuat memukul pria tersebut, ia hanya bisa jika ia akan selalu memarahi semua pria yang mendekati Risa.
Sejak saat itu, kepercayaan Risa padanya mulai menghilang perlahan-lahan. Tak ada lagi sapaan semangat dari wanita tersebut saat melihatnya pulang ke rumah, atau tak ada lagi cerita bagaimana wanita itu menjalani hari-harinya. Angga kehilangan kepercayaan Risa. Tapi ia tidak peduli, selagi ia bisa menjaga wanita tersebut dari pria brengsek, Angga tidak masalah.
Sampai, dua tahun yang lalu Risanya kembali. Ia menceritakan bagaimana ia mempunyai keempat teman yang baik di tempatnya berkuliah. Angga cukup bersyukur mendengarnya. Dan memutuskan mengawasi wanita itu dari jauh. Angga bersyukur Risa mempunyai teman yang baik, namun bukan berarti ia menyukai teman-teman wanita itu. Angga tidak menyukainya jika boleh jujur. Mereka semua terlalu membatasi Risa dengan pergaulan bebas—ya, itu baik tapi bukan berarti Risa tidak boleh mengetahuinya sedikitpun.
Risa sudah dewasa dan harus mengetahui hal tersebut. Untuk menjaga dirinya. Lalu ia mendengar kabar dari Sang Nenek yang mengatakan Risa mempunyai seorang kekasih, Angga tidak berpikir kembali untuk datang menemui wanita tersebut.
Galen.
Namanya Galen.
Congkak. Terlihat tidak menyukai siapapun. Selalu menatap orang lain dengan tatapan yang menyebalkan. Angga tidak menyukainya, namun ia tepis perasaan tersebut saat melihat kedua mata Risa saat menatap pria aneh itu.
Ia memang tidak menyukai Galen, tapi Risa menyukainya. Maka, Angga harus menyukainya juga.
Ia juga perlu—ah, tidak, tapi harus, berterima kasih pada Galen. Karena pria itu yang akan menghentikan perjodohan ini. Yang pada akhirnya,
perjanjiannya dengan Sang Nenek akan selesai.