—Awas lo

Mereka semua pun telah sampai ditempat biasa Saka nongkrong bersama teman-temannya. Tian mengernyitkan keningnya, “orangnya gak ada deh kayanya.” Ujarnya.

Benar, mereka semua tidak mendapati keberadaan Saka dimana pun. Hanya ada dua orang disana dan Chandra mengenali salah satu dari orang tersebut. Haidar.

“Bang tapi itu ada sih Haidar temennya Saka. Coba tanya dia aja.” Ujar Chandra.

“Lah Jay tuh siluet yang ancurin motor lo bukan sih? Mirip anjing postur badannya.” Ucap Tian membuat Jay memperhatikan postur badan Haidar. “Anjing beneran tuh orang.” Ujar Jay langsung berjalan cepat menuju Haidar.

Pria itu, Haidar, menoleh dan terkejut saat melihat Jay berjalan menujunya. Pria itu lantas bangun dan berlari menjauhi mereka semua. “Anjing beneran tuh orang!” Teriak Tian ikut berlari mengejar Haidar. Chandra dan Jenar pun turut ikut mengejar pria tersebut. Kacau. Chandra angkat tangan melihat bagaimana Jay dan teman-temannya marah saat ini. Ia sempat melakukan kontak mata dengan Jenar, mereka berdua hanya bisa menghela nafas.

Hingga tiba-tiba Haidar telah berada ditangan Jay. “Anjing lo! Ngapain kabur, hah?!” Teriak Jay seraya menarik kerah baju Haidar. Sedangkan Yuda, Tian dan juga Joni berhenti dibelakang Jay sembari mengatur nafas mereka. Jay larinya cepat sekali.

“Gak, bang. Gue kaget aja tiba-tiba disamperin kaya tadi.” Ujar Haidar dengan nada santai namun tidak dengan gerak-geriknya. Chandra dan Jenar menatap Haidar prihatin. Jujur, Chandra dan Jenar sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jay kembali menarik kerah baju Haidar, “Gue tanya sama lo sekali ya. Lo kan yang ancurin motor gue?” Tanya Jay justru dibalas gelengan kepala oleh Haidar. “Bukan gue, bang.” Jawabnya gelisah.

Tanpa basa-basi, Yuda merebut kerah baju Haidar dan menonjok wajah pria tersebut. “Coba lo ngomong sekali lagi.” Yuda menatap tajam Haidar. Pria itu ikut merasa marah dengan kejadian motor milik Jay. Karena motor itu hancur mereka berempat tidak bisa turun balapan dan harus menunda beberapa lagi. “Gak, bang. Seriusan bukan gue.” Ujar Haidar sembari meringis. Pria tersebut pun didorong oleh Yuda. “Lo perlu dipukul sampe boyok dulu ya baru mau ngaku?!” Tian pun menarik Yuda. “Bentar, Yud. Kalo bonyok duluan gak bisa ditanya nih anak. Sekarang nanya ini dulu.” Tian pun berjongkok didepan Haidar, “Saka kemana? Lo katanya temennya kan? Tau dong dia kemana?” Haidar menggelengkan kepalanya tidak mengetahui keberadaan Saka dimana. Tanpa aba-aba, Tian menonjok wajah Haidar kembali.

“Wah anjing malah dia sekarang yang nonjok.” Sungut Yuda.

Jay pun menarik rambut Haidar membuat pria itu menatap wajahnya, “Gue masih mau nanya baik-baik aja nih sama lo sebelum makin kacau kan semuanya.” Ujar Jay dengan tenang. “Lo yang ancurin motor gue kan? Terus kenapa temen lo keroyokin adek gue sih Jenar, hah?” Haidar kembali menggeleng.

“Anjing pukulin aja dah!” Ujar Jay langsung diikuti dengan Yuda, Tian dan juga Joni memukuli Haidar. Sedangkan Chandra dan Jenar hanya menjadi penonton dari jauh.

Chandra meringis saat melihat bagaimana brutalnya Jay, Yuda, Tian dan juga Joni memukuli Haidar. Membuatnya bergedik ngeri. “Ngeri tuh anak mati dah.” Ucap Chandra dibalas kekehan kecil oleh Jenar. “Gak mungkin mati sih dipukulin gitu doang.”

“Bisa jadi mati, Jen. Lo liat aja tuh anak udah mulai peng—” Chandra berhenti saat mendengar Haidar memohon berhenti dan mengaku bahwa dia yang menghancurkan motor milik Jay.

“Dari tadi ngakunya! Biar tangan gue gak perlu capek mukulin lo anjing!” Teriak Yuda lalu menendang pria itu untuk terakhir kalinya disusul Haidar terbatuk-batuk mengeluarkan cairan merah dari mulutnya. “Gue disuruh Saka, bang. Dia mau lo marah sama Jenar makanya dia coba adu domba lo berdua.” Ujar Haidar sesekali meringis kesakitan.

“Saka ada masalah apa sampe pengen gue marah sama Jenar, hah?! Jenar buat masalah?”

“Jenar tidur sama ceweknya Saka, bang. Gue juga gak paham bang seriusan, sih Saka cuman bilang kalo Jenar maksa buat tidur bareng sama ceweknya.”

Jenar mengeraskan rahangnya menahan marah. Chandra yang melihat itu pun berusaha menenangkan pria tersebut dan menepuk pundaknya pelan. Bermaksud membuat pria itu menjadi lebih tenang dan tidak tersulut emosi. Jay menoleh kearah Jenar, “lo tidurin ceweknya?” Jenar menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Gak, bang. Gue gak pernah tidur sama cewek mana pun.” Bohong. Jelas-jelas tadi pagi ia tidur dengan Nadine, namun tidur hanya tidur tidak melakukan apapun selain tidur.

“Salah paham gak sih ini semuanya, Jay?” Tanya Joni dan disetujui oleh semuanya. “Salah paham, tapi gue masih belum maafin lo ya sama sih Saka karena udah ancurin motor gue.”

“Sekarang temen lo kemana? Kita cuman pengen tau tuh orang ada dimana sekarang.” Tanya Joni.

“Gak tau, bang. Gue juga gak tau dia ada dimana sekarang. Gak ada kabar apa-apa dari dia.”

“Beneran kabur tuh orang. Udahlah, Jay. Nanti aja urusin tuh orang. Sekarang benerin motor lo dulu lagi aja.” Ujar Joni.

“Chan, Jen, lo berdua ikut ke tempat gue. Jen, bantuin benerin motor gue juga.”

“Iya, bang.” Ujar Chandra dan Jenar bersamaan. Lalu mereka semua pun meninggalkan Haidar disana sendiri tengah meringis kesakitan. Tidak peduli bagaimana keadan orang tersebut. Lagi salah ia sendiri mengapa mencari masalah dengan orang seperti Jay dan teman-temannya.

Chandra kalau jadi Haidar sudah memilih mengaku sejak awal karena ia tahu bagaimana Jay, Yuda, Tian dan juga Joni saat marah. Bukan hanya lebam, bisa juga tulang patah kalau sudah mereka berempat turun tangan.

Lagi, sejak kapan Jenar suka meniduri wanita? Apa lagi memaksa untuk tidur bersamanya. Jenar sangat menghormati wanita sekaligus anti. Alias dia tidak mau dekat-dekat dengan wanita. Maka ini terdengar aneh sekali ditelinga Chandra jika maksud Saka mengadu domba karena wanita.

“Lo ngerasa aneh gak sih, Jen? Kenapa sih Saka nuduh lo maksa ceweknya buat tidur bareng coba?” Bisik Chandra, Jenar mengangkat bahunya tidak tahu. “Udah deh, Chan. Diemin aja sih Saka bikin capek doang mending sekarang cari motor baru buat sih Juan. Gara-gara gue jadi ilang tuh motor dia.”