First Time
Shylla melirik ke arah belakangnya dengan was-was, ia masih dapat merasakan sebuah tatapan menusuk punggung belakangnya.
Orang tersebut masih mengawasinya.
Ia berharap Rangga cepat sampai disini, dan membawanya pergi dengan aman. Shylla menundukkan kepalanya, berpura-pura seolah ia tengah membaca bukunya walaupun kedua matanya melirik kearah orang tersebut.
Hingga Shylla terkesiap saat sebuah tangan menepuk pundaknya, lalu ia melihat seorang gadis dengan wajah yang sama dengannya. Rambut panjang, hitam, dan lurus. Kedua mata yang sama persis dengannya—sangat mirip.
Shylla sempat terdiam beberapa saat, memandang wajah tersebut terheran hingga gadis tersebut mengeluarkan suaranya. “Lo Shylla Anindya, kan?”
Shylla memilih untuk tidak menjawab pertanyaan gadis itu—ia sangat tidak suka dengan orang asing. “Lo Shylla Anindya, kan?” tekan gadis itu sekali lagi. Membuat Shylla mau tidak mau menganggukkan kepalanya pelan.
“Gue Gema. Gema Zakeisha. Kembaran lo.”
“Maaf, gimana?”
Gadis itu berdecak lalu mengulurkan tangannya—berharap Shylla menjabat tangannya seraya berkata, “Gue Gema. Gue kembaran lo, Sil. Kembaran yang kepisah jauh sama lo.”
Shylla mengernyitkan heran—tak percaya dengan ucapan gadis dihadapannya saat ini. Gema? Shylla tidak pernah mendengar nama tersebut selama hidupnya. Bahkan, Bunda dan Ayahnya tidak pernah menyebut nama tersebut. Jadi, haruskah Shylla percaya pada gadis dihadapannya saat ini?
Entahlah, Shylla memilih untuk percaya kali ini. Lantas, Shylla membalas jabatan tangan Gema. “Gue udah ikutin lo dari lama, tapi gue cari waktu yang pas buat nemuin lo. Sorry, kalo gue bikin lo kaget kaya sekarang ini,” ujar Gema seraya melepaskan jabatan tangannya dari Shylla.
Gadis dihadapannya, Gema, melirik kearah sekitarnya dengan was-was. Lalu kembali menatap Shylla dengan serius. “Gue tau lo masih kaget, tapi kita beneran kembar, Sil. Lo sama gue kembar. Gue baru tau selama tiga bulan ini, dan gue juga kaget. Gue cari tau tentang lo, dan ketemu.”
“Gue seneng ternyata gue punya saudara kandung selama ini. Ternyata, gue nggak sendirian.” Gema menarik tubuh Shylla ke dalam dekapannya—erat. Shylla awalnya merasa aneh, dan tidak membalas pelukan hangat gadis itu. Namun, lama kelamaan ia luluh dan memeluk tubuh Gema sama eratnya.
Sebuah fakta yang cukup membuatnya terkejut.
Jauh dari pandangannya, ia melihat siluet seorang laki-laki yang sangat ia hafal. Rangga. Laki-laki itu telah sampai disini. Lantas, Shylla melepas pelukkan mereka berdua. “Ada temen gue mau kesini,” ujar Shylla.
“Gue harus pergi kalo gitu.”
Shylla menyerahkan ponselnya kepada Gema, dan berkata, “Seenggaknya kasih gue nomor lo. Biar gue bisa tanya lebih jauh soal kita berdua.” Gema mengangguk dan mengetik beberapa angka diponsel Shylla lalu kembali menyerahkannya kepada Shylla.
Gema mengenggam kedua tangan Shylla dengan serius seraya berkata, “Jangan pernah kasih tau soal gue ke orang lain. Jangan ada yang tau kalo kita berdua kembar, atau lo punya kembaran, Sil. Please, jadiin ini rahasia kita berdua, oke?” Shylla mengangguk.
“Gue pergi. Hubungin gue nanti malem.”
Shylla melihat kepergian Gema, lalu menoleh kearah Rangga yang menatapnya heran. “Ngomong sama siapa, Sil?” Shylla menggelengkan kepalanya.
“Nggak sama siapa-siapa, Ga.”
Rangga mengangguk, melihat kearah pandangannya gadis itu sebelumnya, lalu mengambil alih beberapa buku yang Shylla bawa seraya berkata, “Ayok, gue bayarin buku lo.”