—Hari ini
Nadine menggerakkan kedua kakinya gelisah seraya memandang jam tangannya sesekali. Kelas akan dimulai 10 menit lagi. Tapi ia masih menunggu ojek online yang sejak tadi tidak menunjukkan pergerakan apapun. Membuatnya berdecak kesal beberapa kali.
Meminta Brisa untuk menjemputnya sekarang juga tidak mungkin. Dara apalagi. Pasti dua temannya itu sudah sampai di kelas terlebih dahulu. Jelas karena mata kuliah hari ini sangatlah penting. Dan Nadine masih menunggu ojek online yang ia pesan.
Benar-benar hari yang buruk.
[cancelled]
“Gak peduli. Gue lari aja deh.” Gumam Nadine masih menggerakkan kakinya. Ia kembali berpikir, apa ia lari saja ya ke kampus? Hanya memakan waktu 20-30 menit kalau lari. Karena Nadine payah dalam berlari.
TIN TIN TIN!
Nadine menolehkan kepalanya ke sumber suara tersebut. Terlihat sebuah sepeda motor berhenti dihadapannya. Seseorang yang Nadine sudah tahu siapa. “Kenapa gak minta jemput gue aja nad?” Ujar pria tersebut sembari membuka helmnya dan tersenyum lebar.
Nadine terdiam.
“Ayuk, naik. Bentar lagi kelas mulai ini.”
Nadine sudah tidak peduli. Ia hanya ingin masuk kelas hari ini. Lagi pula ojek online nya sudah ia cancel tadi. Lantas, Nadine pun naik keatas motor dan memutuskan untuk berangkat bersama dengan Chandra.
———————
Nadine menghela nafasnya legas saat melihat kelasnya ternyata belum mulai. Terlihat Brisa dan Dara melambaikan tangan kearahnya. Nadine pun menghampiri mereka.
“Sial banget gue hari ini.” Sungut Nadine lalu menenguk air minum milik Dara.
“Lagi tumben banget lo telat gini, Nad.” Ujar Brisa yang sudah hafal tabiat Nadine yang tidak pernah mau telat masuk kelas. Nadine tuh ambis.
“Engga tau deh. Gara-gara ojek online pokoknya. Engga gerak-gerak daritadi. Gue nungguin sampe lumutan.”
Dara dan Brisa menatap Nadine prihatin. Jarang melihat Nadine seperti ini. Nadine selalu tepat waktu dan rapih. Tapi sekarang? Jauh dari kalimat itu.
“Untung tadi sih Brisa inisiatif ngechat Chandra minta jemput lo. Coba kalo ga, sekarang masih nunggu ojek deh lo.” Ujar Dara.
Nadine langsung memandang kearah Brisa meminta penjelasan. “Maafin, Risa. Abis lo tumben telat kaya gini jadi gue minta tolong ke Chandra tadi buat cek ke Apart lo. Siapa tau lo emang belom berangkat, eh taunya benerkan.” Jelas Brisa takut. Brisa tahu Nadine anti Chandra sekali. Alias Nadine tidak mau kasih harapan ke Chandra.
“Ya ampun, Ris. Sumpah kenapa harus Chandra sih?!”
“Abis dia doang kan yang rela lari buat lo, Nad.” Bela Brisa.
Jika tidak telat, Nadine sudah pasti lebih memilih jalan kaki dari pada naik motor dengan Chandra. Nadine cuma tidak ingin Chandra semakin berharap dengannya. Dan juga ia tidak suka Chandra. Sangat tidak suka.
Sedangkan Chandra, pria itu memandang diam-diam kearah tiga wanita yang tengah berbincang tersebut. Memandang satu orang wanita yang selalu mengisi hatinya, Nadine.
“Liatin aja terus, Chan.” Ejek Juan diikuti suara tertawa milik Raka. Dua orang tersebut memang sering menggodanya jika sudah menyangkut tentang Nadine. “Meleleh dah itu sih Nadine lo liatin terus, Chan.” Lanjut Raka lalu tertawa bersama Juan.
Lain dengan Jenar yang hanya diam memandang ketiga temannya tersebut, lalu mengalihkan pandangannya ke seseorang yang menjadi topik pembicaraan teman-temannya. “Jen, nanti cek motor gue dulu ya.” Jenar mengalihkan pandangannya kembali ke Juan, Raka dan Chandra. “Iya nanti gue cek motor lo abis kelas.”