—Kelas
Nadine membereskan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Brisa, atau yang lebih sering Nadine panggil Risa pun ikut membereskan bukunya. “Nad, nanti balik ke tempat kopi dulu kali ya? Gue bosen di kosan.”
“Gue mau tidur, Ris. Sorry ya. Next time aja. Mumpung kelar kelas cepet nih.”
Brisa hanya menganggukan kepalanya lalu menoleh ke arah Dara. “Lo gak kemana-mana kan, Dar? Ayo ngopi!”
Dara mendengus sebal. “Gak bisa! Gue mau pacaran sama Kak Dika. Tuh orang diajak keluarkan susah banget.” Sungut Dara.
“Ya ampun. Kenapa pada susah banget diajak keluar ya.” Brisa menenggelamkan kepalanya di kedua lengannya.
“Yaudah, besok mau gak?” Ujar Brisa tiba-tiba dengan semangat.
Nadine berdecak sebal. “Lo lupa ya? Besok tugas kita tuh banyak banget yang harus dikerjain, Ris.”
Brisa mengacak rambutnya kesal. “Bilang aja kalo gak mau jalan sama gue! Dasar ya lo berdua emang ngeselin banget.” Sungutnya dibalas suara tawa Nadine dan Dara.
“Nad, ada Chandra tuh. Jalan kesini.” Nadine menolehkan kepalanya kearah Dara tunjuk. Terlihat Chandra yang tersenyum lebar kearahnya sembari melambaikan tangannya.
Nadine tidak suka keadaan ini. Lebih tepatnya, Nadine tidak suka dengan Chandra.
“Nad!”
Dara menutup mulutnya berusaha menahan tawanya melihat raut wajah Nadine yang kesal. Ia paham sekali Nadine tidak suka dengan Chandra. Garis bawahi, sangat tidak suka.
“Nad, udah makan belum? Makan bareng yuk!” Ajak Chandra.
“Sorry, Chan. Tapi gue mau langsung balik ke Apart.”
“Kalo gitu gue anterin balik ya.”
“Gausah gue balik sendiri aja, Chan.” Tolak Nadine.
Sedangkan kedua temannya masih berusaha menahan tawa mereka. Brisa dan Dara tahu sekali Nadine tengah berusaha menolak ajakan Chandra. Nadine tidak suka Chandra pokoknya.
“Udah sih, Nad. Balik sama Chandra aja lebih aman dari pada naik ojek kan bahaya.” Ujar Dara mendapatkan tatapan tajam Nadine. Temannya satu ini memang menyebalkan.
“Iya, Nad. Mending sama Chandra aja sih. Lebih aman.” Tambah Brisa membuat Nadine semakin kesal.
Karena tidak tahan berlama-lama disini, diantara kedua temannya—takut mereka semakin aneh maksudnya. Nadine mengalah. “Yaudah, ayok Chan.”
Chandra? Senang. Senyumnya semakin lebar. Jarang Nadine mau seperti ini.
“Kalo gitu duluan ya, Ris. Duluan juga Dar.” Pamit Chandra diikuti oleh Nadine. Tak lupa dengan Nadine menatap tajam kedua temannya. Brisa dan Dara memang anak setan.