—Malam
Terlihat Dara dan juga Dika menuju ke tempat Nadine dan Brisa berada. Nadine melambaikan tangannya pada Dara, membuat wanita itu mempercepat langkah kakinya sembari mengenggam tangan kekasinya, Dika. “Sumpah gue sama kak Dika udah kaya orang bego tau gak sih dari tadi nyari lo berdua.” Nadine terkekeh menanggapi Dara yang terlihat sebal.
“Kayanya gue deh Dar yang kaya orang bego disini dari tadi.” Dara mengernyitkan keningnya tidak paham, “lo liat tuh sih Brisa nempel mulu sama kak Nara, gue dikacangin disini sendirian.” Sungut Nadine ditertawakan oleh Dara dan juga Dika.
“Kenapa gak ajak Chandra aja sih kesini buat nemenin lo? Tuh tadi gue di depan ketemu dia.” Nadine memutar kedua matanya malas. “Mending sendirian deh dari pada sama tuh orang.”
Nadine berdecak sebal saat melihat Dara dan Dika menahan tawa mereka, menyebalkan pikirnya. “Gak usah ya bahas-bahas tuh orang disini. Gue males banget dengernya, Dar, kak Dika.”
Tak lama, Brisa dan juga Nara menghampiri mereka bertiga. “Tumben dateng kesini, Dik. Biasanya rapat mulu kan lo.” Ujar Nara. Ya, Nara dan Dika adalah teman satu angkatan dan juga satu jurusan, hukum.
“Nemenin nih cewek doang, Nar. Aslinya mah males banget gue.” Ujar Dika dibalas cubitan oleh Dara. Nara tertawa melihat interaksi mereka berdua, “Dara aja sering kesini, Dik. Suka banget nontonin orang ribut dia.” Ujar Nara membuat Dara menatap tajam dirinya.
Sedangkan Dika, ia memandang Dara seolah meminta penjelasan dari wanita tersebut. Dara hanya menggelengkan kepalanya. Nadine dan Brisa pun menahan tawa mereka melihat temannya sendiri panik. Tamat riwayat Dara.
✧✧✧
Nadine memandang kerumuman malas. Sekali lagi, ia ditinggal sendiri oleh teman-temannya. Nadine menghembuskan nafasnya. Buat apa ia keluar kemari jika sendirian seperti ini kan?
Nadine menolahkan kepalanya saat merasa seseorang menyentuh pundaknya, lalu berdecak kesal. Chandra. Pria yang paling tidak ia inginkan lihat justru tengah berdiri dihadapannya saat ini. Chandra tersenyum padanya. “Brisa sama Dara kemana? Kok lo ditinggal sendirian disini sih. Bahaya tau, Nad.” Nadine memutar kedua matanya kesal. “Lebih bahaya lagi kalo ada lo, Chan.” Chandra tertawa mendengar Nadine kesal seperti ini padanya. Nadine marah justru terlihat lucu dimata Chandra.
Nadine memeluk tubuhnya saat dirasa udara malam berhembus menusuk kulit tubuhnya. Nadine jadi menyesal tidak membawa jaket dan menolak jaket milik Brisa tadi. Chandra yang melihat itu pun memberikan jaket miliknya pada Nadine yang dihadiahi tatapan tajam dari wanita itu. “Kalo dingin mah bilang aja, Nad. Gak usah kode-kode kaya gitu. Gue peka kok orangnya.” Goda Chandra semakin membuat Nadine kesal.
Ingat jika tidak dingin dan Nadine sangat butuh jaket saat ini, Nadine tidak akan menerima jaket milik Chandra. Pokoknya tidak mau. Nadine meraih jaket Chandra dan memakainya ditubuhnya. Membuat Chandra berdecak kagum, “Lo cocok deh Nad pake baju gue. Besok gue kasih hoodie gue ya buat lo semua.”
Nadine berniat melepaskan jaket milik Chandra saat itu juga namun Chandra menahannya sembari tertawa. “Bercanda, Nadine sayang. Gampang ngambek banget sih.” Goda Chandra dan mengacak rambut Nadine.
Ini bagian yang paling Nadine tidak suka dari Chandra. Selalu menggodanya seperti ini, selalu menganggu harinya, selalu mengikutinya kemana pun, dan yang paling ia tidak suka adalah Chandra sering mengajaknya berpacaran. Nadine sampai kesal dengan bagian tersebut.
“Gak usah pegang rambut gue ya atau lo gue tonjok, Chan.” Ancam Nadine justru membuat Chandra tertawa keras. “Nad lo tau gak sih, lo kaya gitu malah keliatan imut bukan kaya ngancem gue.” Nadine menghela nafasnya kasar dan berniat pergi dari sana meninggalkan Chandra.
“Nad! Jangan ngambek dong. Nanti gue makin sayang nih.”
Tuh lagi kan. Nadine rasanya ingin memukul wajah Chandra saat ini juga pria itu benar-benar menyebalkan. Chandra menarik lengannya, membuatnya berhenti. “Maaf, Nad. Bercanda doang kok. Jangan marah ya. Kalo lo marah gue gimana nanti?”
Tidak peduli. Itu jawaban Nadine dalam hati.
Saat Nadine menyumpahi banyak kata kasar pada Chandra dalam hati, tiba-tiba pria itu menariknya dan membuatnya menabrak tubuh pria itu. Cukup membuatnya sangat terkejut dan bersiap memukul pria itu namun ia mengurungkan niat tersebut saat melihat wajah Chandra. Datar. “Nad, kalo ngambek liat jalan juga. Hampir ketabrak loh, Nad.” Ucap Chandra masih dengan wajah datarnya. Wah.
Nadine terdiam. Tidak tahu harus membalas perkataan Chandra apa. Karena jantungnya saat ini mulai berdetak kencang. Seolah tahu apa yang tengah terjadi.
Nadine mendorong tubuh Chandra menjauh. “Suka-suka gue mau liat jalan apa gak ya, Chan. Bukan urusan lo.” Sungut Nadine dan kembali berjalan menjauhi Chandra. Hingga tiba-tiba terdengar suara teriakan dan tembakan. Semua orang berlari tidak karuan. Nadine yang belum siap dengan apa yang terjadi pun ikut terbawa arus orang-orang yang berlarian. Kacau. Sebuah tangan menariknya mendekat dan mengenggam pundaknya erat. Chandra. Pria itu memeluk pundaknya dan membawa tubuhnya mengikutinya berlari.
Brisa? Dara?
Nadine seketika merasa panik dan menatap Chandra panik. “Chan! Brisa sama Dara!”
“Nanti aja. Gue bawa lo ke mobil dulu, Nad. Selamatin diri lo dulu. Brisa sama Nara juga palingan. Dara sama Dika. Lo yang paling penting sekarang, Nad!” Ujar Chandra berteriak karena banyaknya suara teriakan.
Berbeda dengan Nadine yang terdiam mendengar jawaban Chandra. Segitu pentingnya ya dia dimata Chandra selama ini?