Perpustakaan.

Chandra menatap Nadine tak yakin. Setelah kelas, Chandra seperti biasa mengikuti kemana pun Nadine pergi, walaupun wanita itu tidak pernah menganggapnya ada. Saat ini mereka tengah berada di Perpustakaan. Chandra menemani Nadine mengerjakan tugas, sedangkan Chandra sendiri hanya memandangi Nadine. Ralat, pria itu terus menganggu Nadine. Berusaha mendapatkan perhatian wanita itu. “Nad.” Panggil Chandra pelan dibalas gumam pelan oleh Nadine.

“Sendirian aja engga apa-apa kan?” Nadine mengangkat kepalanya memandang Chandra. Akhirnya, pria itu pergi juga pikirnya. “Kalo mau balik, ya balik aja.” Balas Nadine kembali membaca buku.

“Gue mau ke tempat Jenar. Nanti malem balapan lagi.” Nadine kembali mengangkat kepalanya. “Mau balapan lagi?” Chandra tersenyum karena akhirnya ia mendapat respon dari Nadine. “Iya. Doain ya biar engga kenapa-kenapa lagi.”

“Maksud gue, Jenar mau balapan lagi abis dikeroyokin?” Tanya Nadine berharap Chandra menjawab pertanyaannya.

“Bukan Jenar, Nad. Tapi sih Juan sekarang yang balapan.” Nadine hanya menganggukan kepalanya mengerti. “Baru deh abis balapan langsung samperin sih Saka.”

“Tapi lo harus tau sih, Nad. Sih Saka tuh kurang ajar banget berani keroyokin Jenar pas gue, Juan sama Raka lagi gak disitu. Begonya juga yang lain gak bantuin Jenar.” Sungut Chandra pada Nadine. Diam-diam Nadine mendengarkan semua perkataan Chandra. Untuk menjadikannya bahan gosip dengan Brisa dan Dara tentunya.

“Untung Jenar kuat ya. Tuh anak dikeroyokin kaya gitu juga masih bisa jalan sana sini sendiri. Gue sama yang lain nyariin dia tuh. Mau ngobatin lukanya tapi orangnya ngilang gak tau kemana. Sampe gue samperin Apartnya juga gak ada.”

Chandra berdecak sebal, “tapi gue juga penasaran sih, Nad. Jenar tuh suka ngilang kemana ya akhir-akhir ini? Kemaren aja gitu kan ngilang terus tiba-tiba bales grup cuman bilang udah diobatin sama ngantuk.”

Chandra menatap Nadine antusias, “kata lo sih Jenar kemana ya akhir-akhir ini?”

Nadine membalas menatap Chandra tak minat. “Gatau. Tanya aja orangnya langsung.” Chandra kembali berdecak sebal.

“Nad lo mah gak seru.” Sungut Chandra lalu mengacak rambut Nadine gemas. “Gue balik ya. Mau ke tempat Jenar dulu. Baik-baik ya disini kesayangannya Chandra alias calon pacar.” Pamit Chandra lalu bangkit dari kursinya dan melambaikan tangan pada Nadine.

Nadine menatap Chandra tajam dengan sumpah serapah dalam hati. Chandra memang anak setan. Nadine tidak suka rambutnya disentuh. Terutama oleh Chandra. Ia sangat anti Chandra. “Calon pacar apaan anjir.”

Nadine kembali memusatkan perhatiannya kepada buku dihadapannya saat ini. Berusaha untuk mendapatkan jawaban untuk tugasnya. Hingga seseorang duduk dihadapannya. Terpaksa Nadine mengangkat kepalanya dan menatap orang tersebut. “Gue laper.”